April 17, 2013

The Lawless Roads


Jakarta, the capital city of Indonesia, is indeed a very crowded city. If you have ever gone to this metropolis, you would easily find out that it is true. 

One thing for sure, Jakarta was notoriously known for its traffic jam. Thousands of cars and motorcycles occupied the city’s roads every day. 


The sad thing about it was that all of those people using their vehicles, showed the tendency of traffic rules ignorant. Well, not all of them, but yes, most of them did. So, quickly, the roads were becoming more like the lawless roads.







Here are some photos that depict  traffic rule violations, done by motorcyclist. I show these pictures because I’m also a biker and I feel terrible about this phenomena.


Let them be saved!


>>Biarkanlah Anak-anak itu Selamat…<<

Apakah kita pernah menyadari bahwa kita, baik sebagai orang tua ataupun orang yang sudah lebih dewasa, seringkali melakukan hal-hal yang dapat  membahayakan nyawa anak-anak, pada saat kita berada di jalan?
Mungkin hal-hal tersebut kita anggap remeh, tapi sebenarnya mengandung potensi bahaya yang dapat mengancam keselamatan anak-anak kita.
Meskipun peringatan Hari Anak Internasional, yang jatuh pada setiap tanggal 1 Juni masih belum tiba, kali ini saya ingin mengingatkan hal-hal yang sering luput dari perhatian kita, terutama yang ada hubungannya dengan keselamatan di jalan raya. 

# Menggandeng anak di posisi yang salah saat berjalan di pinggir jalan
Pernahkah kita memperhatikan cara kita atau orang lain saat berjalan searah dengan arah lalu-lintas bersama anaknya di pinggir jalan raya? Kita semua tahu bahwa negara kita menganut sistem lalu lintas seperti di negara Inggris, yaitu lalu-lintas berada di sebelah kiri. Namun tak jarang kita jumpai, orang tua yang menggandeng anaknya dengan posisi yang tidak tepat.  Orang tua justru berada di sisi kiri anaknya, sementara si anak ada di samping kanan orang tua. Kondisi seperti ini sebenarnya riskan, karena dengan anak berada  di sisi kanan orang tua, mereka berada dalam posisi yang tidak aman. Dengan mudahnya mereka bisa tersambar kendaraan yang melaju dari arah belakang. Apalagi kalau anak-anak itu masih berusia berusia balita, karena mereka belum memiliki kewaspadaan dan kesadaran akan bahaya-bahaya yang mungkin mengancam di jalan. Bahkan tak jarang mereka melakukan hal-hal yang tak terduga, seperti misalnya melepaskan pegangan dari tangan orang tua dan bahkan sengaja berjalan cenderung ke tengah jalan.
Oleh karena itu, sangatlah penting bagi orang tua untuk selalu waspada dan waspada, ketika berjalan menggandeng anaknya di pinggir jalan. Usahakan agar anak yang digandeng berada dalam posisi yang relatif lebih aman. Perhatikan juga kecenderungan tingkah laku anak, agar orang tua lebih siap mengantisipasi polah mereka yang kadang tak terduga.

# Membiarkan anak-anak bermain sendirian di tepian jalan tanpa pengawasan
Seringkali di daerah pemukiman yang dekat dengan jalan raya, terlihat banyak anak yang bermain dengan bebas. Sayangnya seringkali juga mereka bermain tanpa ada pengawasan sama sekali dari orang yang lebih tua. Anak-anak yang berusia di atas 10 tahun mungkin sudah lebih memiliki pemahaman akan bahayanya bermain di tepi jalan, terutama jalan-jalan utama yang dilalui banyak kendaraan. Namun sekali lagi, anak-anak usia balita belum memiliki kesadaran semacam itu. Bagi mereka, berlari-larian di tepi jalan dan tempat  terbuka semacam itu adalah suatu hal yang sangat menyenangkan. Tetapi kenyataannya, hal ini kerap menjadi sumber bahaya baik bagi mereka ataupun buat orang lain. Gerakan tiba-tiba dan respon yang tak dapat diduga dari anak-anak tersebut  sangat menyulitkan bagi pengendara kendaraan yang melintas di jalan itu. Bahkan pada saat kecepatan kendaraan tak kencang pun, hal ini tetap dapat memberikan ancaman bagi keselamatan anak-anak itu. Tak jarang pengendara sudah memperlambat kendaraannya, namun ketika ada anak yang tiba-tiba melintasi jalan, tabrakan tak dapat dihindari. Dalam hal ini, sang pengendara kerap kali menjadi  kambing hitamnya, padahal kesalahan bukan sepenuhnya dari pihak  pengendara. Menghindari anak kecil yang tiba-tiba melintas di jalan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan, karena kita tak bisa menebak reaksi mereka.  Untuk hal ini, adalah sangat bijaksana bila orang tua atau orang yang lebih dewasa, tetap waspada dan memberi perhatian selama anak-anak itu bermain di pinggir jalan. Tak salah juga bila orang tua mulai memberikan pemahaman dan melatih anak-anak yang sudah lebih besar, untuk senantiasa  berhati-hati bila bermain di pinggir jalan.



# Memboncengkan anak kecil dengan posisi duduk di depan pengendara sepeda motor
Tak dapat dipungkiri, sepeda motor telah menjadi alat transportasi yang murah dan cepat bagi banyak orang, tak terkecuali bagi keluarga-keluarga kelas menengah ke bawah.  Sayangnya masih banyak orang yang masih belum paham betul cara penggunaan sepeda motor ini, terutama berkaitan dengan jumlah penumpang yang dapat diangkut. Sepeda motor pada prinsipnya hanya dapat mengangkut 2 orang dewasa. Namun pada kenyataannya, di Indonesia ini sepeda motor sering digunakan untuk mengangkut lebih dari 2 orang, termasuk juga anak kecil. Anak kecil yang diboncengkan di sepeda motor biasanya diposisikan di depan pengendara. Alasannya tentu beragam, ada yang berpendapat, posisi depan lebih menyenangkan bagi anak, karena dapat melihat keadaan sekeliling, ada juga yang merasa sesak jika anak diapit di tengah, antara pengendara dan penumpang yang dibonceng. Apapun itu, sebenarnya posisi seperti itu tidak menguntungkan bagi anak. Posisi duduk di depan pengendara membuat si anak menjadi semacam “tameng” bagi pengendara tersebut. Terpaan angin secara langsung dapat membuat anak kesulitan bernafas, bahkan juga dapat memicu terjadinya penyakit paru-paru basah.  Solusinya tentu saja dengan tidak mendudukkan anak di depan pengendara. Posisi yang relatif lebih aman dan disarankan adalah dengan menempatkan si anak di antara pengendara dan pembonceng. Apabila memungkinkan, dudukkan anak dengan posisi menghadap ke belakang, karena dengan posisi ini, sang pembonceng tetap dapat memantau kondisi anak dengan lebih cermat. Posisi menghadap ke depan seringkali membuat anak kesulitan bernafas, karena terpaan angin yang terlampau kencang. Bila memang jumlah anak lebih dari satu, mungkin lebih bijaksana untuk menggunakan alat transportasi lain selain sepeda motor, misalnya dengan menggunakan angkutan umum. Karena bagaimanapun, sebenarnya sepeda motor dirancang hanya untuk 2 penumpang, yaitu pengendara dan pembonceng. Daripada mengorbankan seluruh keluarga, bukankah lebih bijaksana bila kita mengorbankan sedikit uang untuk beralih ke angkutan umum, asalkan anak-anak bisa bepergian dengan lebih nyaman?

# Membiarkan anak berdiri di motor saat berboncengan
Saya yakin  pemandangan seperti ini sering kita lihat di jalanan. Sang anak dibiarkan berdiri di antara bapak dan ibunya.  Bahkan sang anak tak mengenakan helm, sementara bapak ibunya menggunakan peralatan berkendara yang lengkap. Ada yang beralasan bahwa dengan posisi berdiri, anak-anak lebih mudah untuk melihat-lihat keadaan sekitar, dan inilah yang sangat menyenangkan bagi mereka. Namun apakah memang demikian adanya? Pernahkah Anda sadari bahwa sepeda motor itu adalah sebuah alat transportasi yang sangat tidak stabil, karena hanya ditopang oleh 2 roda, dan itupun bidang kontak antara ban dan jalanan hanya sekian centimeter persegi? Oleh karena itu, gerakan tiba-tiba, ataupun perpindahan titik keseimbangan dapat mempengaruhi gerak sepeda motor tersebut.  Dalam kasus ini, anak yang dibiarkan berdiri, tentu akan mengubah pusat keseimbangan keseluruhan antara motor dan pengendara/penumpangnya. Motor akan menjadi sangat tidak stabil, apalagi ketika diajak menikung.  Sang anak bisa saja terlempar ketika menikung, atau ketika motor direm mendadak. Pernah saya lihat ada satu keluarga berisi 4 orang, terdiri dari ayah, ibu dan  2 orang anak, yang sedang mengendarai sepeda motor. Anak yang pertama didudukkan di depan ayahnya, sedangkan anak yang ke dua dibiarkan berdiri di antara ayah dan ibunya, tanpa menggunakan helm. Ketika melintasi sebuah gang kecil, ada semacam gawang pintu besi di mulut gang itu. Sang anak hampir saja terantuk gawang , dan celakanya, bahkan sang ayah pun seolah tak paham kalau anaknya bisa terantuk gawang. Untung saja tepat di gawang itu, ada cekungan yang membuat motor menjadi sedikit lebih rendah dari pada gawangnya, dan si anak terhindar dari benturan.  Bukankah sebenarnya itu adalah sebuah contoh kecerobohan dan ketidakpedulian terhadap keselamatan di jalan? Untuk kasus seperti ini, caranya hanya ada satu : JANGAN sekali-sekali membiarkan anak berdiri di atas motor! Lebih baik beri pengertian kepada anak, bahwa posisi yang baik ketika membonceng adalah posisi duduk. Jangan lupa juga kenakan peralatan berkendara yang layak bagi anak-anak. Jangan sampai sang ayah dan ibu terlindung dengan berbagai macam perlengkapan, namun si anak justru tidak. Jaket, celana panjang, sepatu ,  bahkan helm dan masker sebaiknya dikenakan kepada anak. Toh sekarang sudah cukup banyak dijual helm dan masker khusus untuk anak-anak.

Nah, sebenarnya masih banyak perbuatan kita yang lain, yang bisa menempatkan anak dalam posisi bahaya, namun beberapa hal sebelumnya cukuplah menjadi contoh.  Ingat, yang sudah berhati-hati di jalanpun bisa menjadi korban. Apalagi yang tidak berhati-hati, ceroboh dan tak waspada. Bukankah kecelakaan dapat terjadi di mana-mana? Jadi, karena Tuhan juga memberikan manusia kemampuan untuk waspada dan berjaga-jaga, alangkah bijaksananya kalau kita menggunakannya untuk senantiasa berhati-hati di jalan, terutama bila kita sedang bersama anak kecil.

Waspadalah….!









March 18, 2013

I think I should go back!

Hey.....

It's been a very long time since I post something here....

Hmmm...I guess I will need to re-arrange this blog. Well, just wait and see...:)