>>Biarkanlah Anak-anak itu Selamat…<<
Apakah kita pernah menyadari bahwa kita, baik sebagai orang
tua ataupun orang yang sudah lebih dewasa, seringkali melakukan hal-hal yang
dapat membahayakan nyawa anak-anak, pada
saat kita berada di jalan?
Mungkin hal-hal tersebut kita anggap remeh, tapi sebenarnya
mengandung potensi bahaya yang dapat mengancam keselamatan anak-anak kita.
Meskipun peringatan Hari Anak Internasional, yang jatuh pada
setiap tanggal 1 Juni masih belum tiba, kali ini saya ingin mengingatkan
hal-hal yang sering luput dari perhatian kita, terutama yang ada hubungannya
dengan keselamatan di jalan raya.
# Menggandeng anak di
posisi yang salah saat berjalan di pinggir jalan
Pernahkah kita memperhatikan cara kita atau orang lain saat
berjalan searah dengan arah lalu-lintas bersama anaknya di pinggir jalan raya? Kita
semua tahu bahwa negara kita menganut sistem lalu lintas seperti di negara
Inggris, yaitu lalu-lintas berada di sebelah kiri. Namun tak jarang kita
jumpai, orang tua yang menggandeng anaknya dengan posisi yang tidak tepat. Orang tua justru berada di sisi kiri anaknya,
sementara si anak ada di samping kanan orang tua. Kondisi seperti ini
sebenarnya riskan, karena dengan anak berada
di sisi kanan orang tua, mereka berada dalam posisi yang tidak aman.
Dengan mudahnya mereka bisa tersambar kendaraan yang melaju dari arah belakang.
Apalagi kalau anak-anak itu masih berusia berusia balita, karena mereka belum
memiliki kewaspadaan dan kesadaran akan bahaya-bahaya yang mungkin mengancam di
jalan. Bahkan tak jarang mereka melakukan hal-hal yang tak terduga, seperti
misalnya melepaskan pegangan dari tangan orang tua dan bahkan sengaja berjalan
cenderung ke tengah jalan.
Oleh karena itu, sangatlah penting bagi orang tua untuk selalu waspada dan
waspada, ketika berjalan menggandeng anaknya di pinggir jalan. Usahakan agar
anak yang digandeng berada dalam posisi yang relatif lebih aman. Perhatikan
juga kecenderungan tingkah laku anak, agar orang tua lebih siap mengantisipasi
polah mereka yang kadang tak terduga.
# Membiarkan
anak-anak bermain sendirian di tepian jalan tanpa pengawasan
Seringkali di daerah pemukiman yang dekat dengan jalan raya,
terlihat banyak anak yang bermain dengan bebas. Sayangnya seringkali juga
mereka bermain tanpa ada pengawasan sama sekali dari orang yang lebih tua.
Anak-anak yang berusia di atas 10 tahun mungkin sudah lebih memiliki pemahaman
akan bahayanya bermain di tepi jalan, terutama jalan-jalan utama yang dilalui
banyak kendaraan. Namun sekali lagi, anak-anak usia balita belum memiliki
kesadaran semacam itu. Bagi mereka, berlari-larian di tepi jalan dan
tempat terbuka semacam itu adalah suatu
hal yang sangat menyenangkan. Tetapi kenyataannya, hal ini kerap menjadi sumber
bahaya baik bagi mereka ataupun buat orang lain. Gerakan tiba-tiba dan respon
yang tak dapat diduga dari anak-anak tersebut
sangat menyulitkan bagi pengendara kendaraan yang melintas di jalan itu.
Bahkan pada saat kecepatan kendaraan tak kencang pun, hal ini tetap dapat
memberikan ancaman bagi keselamatan anak-anak itu. Tak jarang pengendara sudah
memperlambat kendaraannya, namun ketika ada anak yang tiba-tiba melintasi
jalan, tabrakan tak dapat dihindari. Dalam hal ini, sang pengendara kerap kali
menjadi kambing hitamnya, padahal
kesalahan bukan sepenuhnya dari pihak
pengendara. Menghindari anak kecil yang tiba-tiba melintas di jalan
bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan, karena kita tak bisa menebak
reaksi mereka. Untuk hal ini, adalah sangat
bijaksana bila orang tua atau orang yang lebih dewasa, tetap waspada dan
memberi perhatian selama anak-anak itu bermain di pinggir jalan. Tak salah juga
bila orang tua mulai memberikan pemahaman dan melatih anak-anak yang sudah lebih
besar, untuk senantiasa berhati-hati
bila bermain di pinggir jalan.
# Memboncengkan anak
kecil dengan posisi duduk di depan pengendara sepeda motor
Tak dapat dipungkiri, sepeda motor telah menjadi alat
transportasi yang murah dan cepat bagi banyak orang, tak terkecuali bagi
keluarga-keluarga kelas menengah ke bawah.
Sayangnya masih banyak orang yang masih belum paham betul cara
penggunaan sepeda motor ini, terutama berkaitan dengan jumlah penumpang yang
dapat diangkut. Sepeda motor pada prinsipnya hanya dapat mengangkut 2 orang
dewasa. Namun pada kenyataannya, di Indonesia ini sepeda motor sering digunakan
untuk mengangkut lebih dari 2 orang, termasuk juga anak kecil. Anak kecil yang
diboncengkan di sepeda motor biasanya diposisikan di depan pengendara.
Alasannya tentu beragam, ada yang berpendapat, posisi depan lebih menyenangkan
bagi anak, karena dapat melihat keadaan sekeliling, ada juga yang merasa sesak
jika anak diapit di tengah, antara pengendara dan penumpang yang dibonceng.
Apapun itu, sebenarnya posisi seperti itu tidak menguntungkan bagi anak. Posisi
duduk di depan pengendara membuat si anak menjadi semacam “tameng” bagi
pengendara tersebut. Terpaan angin secara langsung dapat membuat anak kesulitan
bernafas, bahkan juga dapat memicu terjadinya penyakit paru-paru basah. Solusinya tentu saja dengan tidak mendudukkan
anak di depan pengendara. Posisi yang relatif lebih aman dan disarankan adalah
dengan menempatkan si anak di antara pengendara dan pembonceng. Apabila
memungkinkan, dudukkan anak dengan posisi menghadap ke belakang, karena dengan
posisi ini, sang pembonceng tetap dapat memantau kondisi anak dengan lebih
cermat. Posisi menghadap ke depan seringkali membuat anak kesulitan bernafas,
karena terpaan angin yang terlampau kencang. Bila memang jumlah anak lebih dari
satu, mungkin lebih bijaksana untuk menggunakan alat transportasi lain selain
sepeda motor, misalnya dengan menggunakan angkutan umum. Karena bagaimanapun,
sebenarnya sepeda motor dirancang hanya untuk 2 penumpang, yaitu pengendara dan
pembonceng. Daripada mengorbankan seluruh keluarga, bukankah lebih bijaksana
bila kita mengorbankan sedikit uang untuk beralih ke angkutan umum, asalkan
anak-anak bisa bepergian dengan lebih nyaman?
# Membiarkan anak
berdiri di motor saat berboncengan
Saya yakin
pemandangan seperti ini sering kita lihat di jalanan. Sang anak
dibiarkan berdiri di antara bapak dan ibunya.
Bahkan sang anak tak mengenakan helm, sementara bapak ibunya menggunakan
peralatan berkendara yang lengkap. Ada yang beralasan bahwa dengan posisi
berdiri, anak-anak lebih mudah untuk melihat-lihat keadaan sekitar, dan inilah
yang sangat menyenangkan bagi mereka. Namun apakah memang demikian adanya?
Pernahkah Anda sadari bahwa sepeda motor itu adalah sebuah alat transportasi
yang sangat tidak stabil, karena hanya ditopang oleh 2 roda, dan itupun bidang
kontak antara ban dan jalanan hanya sekian centimeter persegi? Oleh karena itu,
gerakan tiba-tiba, ataupun perpindahan titik keseimbangan dapat mempengaruhi
gerak sepeda motor tersebut. Dalam kasus
ini, anak yang dibiarkan berdiri, tentu akan mengubah pusat keseimbangan
keseluruhan antara motor dan pengendara/penumpangnya. Motor akan menjadi sangat
tidak stabil, apalagi ketika diajak menikung. Sang anak bisa saja terlempar ketika menikung,
atau ketika motor direm mendadak. Pernah saya lihat ada satu keluarga berisi 4
orang, terdiri dari ayah, ibu dan 2
orang anak, yang sedang mengendarai sepeda motor. Anak yang pertama didudukkan
di depan ayahnya, sedangkan anak yang ke dua dibiarkan berdiri di antara ayah
dan ibunya, tanpa menggunakan helm. Ketika melintasi sebuah gang kecil, ada
semacam gawang pintu besi di mulut gang itu. Sang anak hampir saja terantuk
gawang , dan celakanya, bahkan sang ayah pun seolah tak paham kalau anaknya bisa
terantuk gawang. Untung saja tepat di gawang itu, ada cekungan yang membuat
motor menjadi sedikit lebih rendah dari pada gawangnya, dan si anak terhindar
dari benturan. Bukankah sebenarnya itu
adalah sebuah contoh kecerobohan dan ketidakpedulian terhadap keselamatan di
jalan? Untuk kasus seperti ini, caranya hanya ada satu : JANGAN sekali-sekali
membiarkan anak berdiri di atas motor! Lebih baik beri pengertian kepada anak,
bahwa posisi yang baik ketika membonceng adalah posisi duduk. Jangan lupa juga
kenakan peralatan berkendara yang layak bagi anak-anak. Jangan sampai sang ayah
dan ibu terlindung dengan berbagai macam perlengkapan, namun si anak justru
tidak. Jaket, celana panjang, sepatu ,
bahkan helm dan masker sebaiknya dikenakan kepada anak. Toh sekarang
sudah cukup banyak dijual helm dan masker khusus untuk anak-anak.
Nah, sebenarnya masih banyak perbuatan kita yang lain, yang
bisa menempatkan anak dalam posisi bahaya, namun beberapa hal sebelumnya
cukuplah menjadi contoh. Ingat, yang
sudah berhati-hati di jalanpun bisa menjadi korban. Apalagi yang tidak
berhati-hati, ceroboh dan tak waspada. Bukankah kecelakaan dapat terjadi di
mana-mana? Jadi, karena Tuhan juga memberikan manusia kemampuan untuk waspada
dan berjaga-jaga, alangkah bijaksananya kalau kita menggunakannya untuk
senantiasa berhati-hati di jalan, terutama bila kita sedang bersama anak kecil.
Waspadalah….!